Saturday, January 22, 2005

Late Adopter, How To Reverse?

Dunia IT memang berkembang terlalu cepat, sehingga untuk tetap survive, kita perlu menjadi early adopter. Masalahnya, berbagai toy baru di bidang IT tidak lepas dari perangkat keras, yang biasanya sangat mahal pada masa awal, dan turun drastis setelahnya. Beberapa hal yang saya ikuti cukup terlambat: GPRS (been there, done that, unimpressed), PDA (sampai sekarang belum punya, hanya coba-coba tidak serius, pinjam sana-sini), Skype (ujicoba di link 64 kbps kurang mulus?), CD writing (mulai terasa kurang, perlu pindah ke DVD writing?), GPS (start cukup awal, tapi deliver produk kurang cepat), WiFi (just for personal use).

Beberapa hal yang menarik dan ingin saya coba saat ini adalah Software Defined Radio, RFID, CDMA untuk transmisi data, GPS differential & RTK, Quality of Service, Service Level Management, Asterisk (open source PBX). Ada yang mau sumbang saran tentang hal menarik lain agar saya lebih bingung memilih? :D Prioritas saya adalah early adoption teknologi yang biayanya masih cukup terjangkau oleh saku pribadi, atau perusahaan saya yang kecil mungil.

3 comments:

Andika Triwidada said...

wah, nemu link menarik tentang late adopter: there is no late adopter :(

ElangMaya said...

Yang jadi masalah memang life-time product sekarang ini semakin pendek , sementara learning curve kita butuh waktu yang memperpanjang time-to-market membuat pada waktu product kita siap pasar sudah jenuh , atau bahkan sudah mulai phase-out. Kriteria yang biasa aku pakai adalah milih yang entry-barrier dari sisi teknologinya sekalian yang tinggi sehingga player-nya juga tidak telalu banyak dan development tools-nya semurah kalau bisa semua OSS :-) ya to ? Cuma biasanya yang seperti ini pasar-nya sangat sempit jadi mesti milih yang Value-Added ke client-nya besar jadi kan bisa jual mahal :-)

Ikhlasul Amal said...

Saya tidak terlalu tertarik dengan barang baru -- terutama gadget. Pertama memang dari dulu duit untuk beli barang semacam ini sulit disediakan, dan kedua saya belum merasa perlu kepraktisan. Notebook yang ramping dan ringan itu misalnya, sepintas sih memang mengkilat dan menggiurkan. Namun jika dipikir mobilitas saya rendah, papan ketiknya lebih sempit, dan tidak bisa dinyalakan terus-menerus berhari-hari, apa menariknya? He... he...

Hanya saja, sulitnya bertahan dengan barang lama, jika perlu penggantian atau penambahan, sering "ditertawakan" penjaga toko. Mau pasang hard disk generasi baru (SATA?) setelah spek papan induk dibaca penjaga toko, dengan senyum simpul disebut bahwa ini belum mendukung. Syukur, syukur, barang lama yang penting manfaat. :)