Monday, May 31, 2004

Beberapa Bacaan Ringan

Mark Lentczner bekerja keras beberapa bulan untuk membuat 'tabel periodik' operator Perl. Mengingatkan saya ke kuliah Kimia Dasar. Saya hanya berhasil menghafal 30 nama elemen pertama, dan beberapa jembatan keledai untuk elemen di beberapa kolom.

Di sisi lain, moto lazy admin is a good admin mungkin tidak tertolong oleh kehadiran YaST di Debian. Thread di milis developer Debian membahas bahwa Webmin-pun boleh jadi masih lebih baik daripada YaST. Tips ini sangat menyedihkan. Mungkin helper untuk newbie adalah newbie juga? :))

Barangkali keluhan-keluhan semacam ini cukup menggambarkan keengganan saya memakai Webmin, linuxconf, dan berbagai aplikasi control panel. Back to CLI, guys!

Paling tidak masih ada kata-kata penghibur

> Discussing yast and 'improving user experience' in parallel threads
> seems contradictory to me, but then, as you wrote, you don't have to
> use it. I mean, i'm not objecting ITP, in case it is found to be of use
> for anything except getting #1000000 out.

Au contraire. YaST and 'improving user experience' are definitely
parallel; they do not meet at any point, neither in past, present, or
future... =)
Hanya saja, pengalaman saya di AIX cukup bertentangan dengan kebiasaan saya menangani sistem Debian. Semua pekerjaan administratif di AIX saya lakukan via SMIT, mungkin karena saya belum terbiasa dengan nama-nama utilitas. Bagusnya, SMIT mencantumkan perintah CLI beserta opsi-opsinya untuk setiap task yang saya eksekusi via menu.

Wednesday, May 26, 2004

Makian Yang Sopan

... May their beards fall out and their beer go sour in their mugs.

Lebih enak didengar/dibaca daripada f**k maupun s**t bukan? ;-)

Tuesday, May 18, 2004

Database Hacking

Pada jaman dahulu kala, ketika Novell NetWare masih versi 3.12 (atau malah masih 2.x?), saya mencoba memasang server Oracle (mungkin versi 6) di disk NetWare. Akses dari klien PC. Lucunya, saat itu saya nekat membiarkan concurrent access dari beberapa klien ke database tersebut. Selama beberapa hari, saya dibingunkan oleh masalah database-crash. Setiap hari reinstall. Konyol sekali memang. Cara belajar trial-by-error yang sangat tidak dianjurkan. Dimana letak masalahnya? Locking. Seharusnya urusan database engine untuk menangani locking, sementara pada waktu itu saya memaksa sharing file-file database (yang entah kenapa, diijinkan oleh NetWare). Maka ketika klien A dan B menulis ke database pada waktu yang bersamaan, database rusak. (boyz and girlz, do not try these at home ;) ).

Dengan berlalunya waktu, saya kenal Debian, dan saya masih suka memaksa memasang berbagai engine database komersial di atas platform Debian GNU/Linux. Not so bad. Salah satu hasilnya adalah kontribusi ke DB2 HowTo.

Oracle-pun pernah saya hack agar lebih mudah dipasang di Linux, lagi-lagi Debian. Tidak ada publikasi tentang ini. Tapi intinya, saya menyalin berkas biner dari instalasi lama (yang sudah berjalan baik), kemudian untuk membuat instalasi baru, salinan berkas tadi saya letakkan di suatu tempat dan langsung bisa diaktifkan. Belum saya coba apakah cara ini portabel. Lebih nekat lagi, saya membuat script untuk membuat instance baru dengan teknik kopi-biner tersebut. Lebih cepat daripada cara official.

Setelah Oracle dan DB2 merilis installer berbasis Java, maka hacking (hampir) tidak diperlukan lagi. Mungkin salah satu hacking ke database yang masih harus saya lakukan baru-baru ini, hanya sekedar men-setup DB2 di mesin AIX agar bisa menjalankan stored-procedure. Sebenarnya ada kompiler C yang sudah dibeli untuk instalasi tersebut, tapi entah kenapa saya tidak berhasil memasangnya. Daripada pusing, saya pasang saja GNU gcc di mesin tersebut. Dan dengan sedikit tweaking, stored-procedure bisa berjalan.

Andapun bisa mencoba sendiri berbagai database secara legal.
Oracle - versi evaluasi free, security update terbatas untuk pelanggan
DB2 - versi evaluasi free, security update terbuka, tapi ukurannya gila-gilaan
Informix - dibeli oleh IBM, versi evaluasi tidak tersedia lagi
Sybase - pernah ada versi evaluasi
MS SQL - belum pernah saya sentuh
SAP/DB - open source, baru sempat di download
MySQL - lisensi ganda, open source dan komersial

URLnya? Coba minta tolong ke Google untuk mencari. Anda suka memakai Google kan?

Monday, May 17, 2004

Mengatasi Slashdot Effect

Di masa awal kelahiran situs MQ, host-nya adalah sebuah mesin Debian yang tersambung ke internet via DSL. Ketika pada suatu malam AA Gym mengumumkan keberadaan situs tersebut di televisi, maka beberapa jam kemudian mesin tersebut terkena Slashdot Effect. Lebih parah lagi, logfile membengkak dengan cepat sehingga memenuhi disk. Padahal hanya ada satu partisi (very bad setup indeed!). Kondisi ini tidak bisa diatasi segera, karena sesi ssh selalu dipentalkan akibat penuhnya disk. Solusinya? Reboot (untung ada orang yang standby di sebelah mesin, mesin ada di San Francisco, sedangkan admin mengakses dari Bandung). Begitu mesin mulai up lagi, buru-buru ssh, secepat mungkin mematikan apache, memindah log ke partisi lain (itulah, sebenarnya sudah ada disk lain, tapi kemalasan memanfaatkannya membawa masalah), menyalakan mod-gzip, lalu menghidupkan lagi apache. Load melonjak lagi. Tapi kali ini sesi ssh masih bisa bertahan.

Saat ini ada layanan gratis yang bisa membantu kita menghadapi Slashdot Effect: FreeCache. Cara pakainya mudah, cukup dengan menambahkan http://freecache.org/ di depan URL sebenarnya. Misalnya untuk mengakses website saya, kita dapat memakai http://freecache.org/http://research.indocisc.com/~andika/index.html. Perlu hati-hati disini, karena yang akan di-cache hanya URL tersebut. Halaman lain di situs tersebut tidak otomatis di-cache. Tapi paling tidak satu halaman awal yang mengalami hit paling banyak, tidak lagi membebani mesin kita secara berlebihan.

Sekarang masalahnya berbeda. Bagaimana kita menguji efek pemanfaatan FreeCache tadi? Dengan kata lain, bagaimana kita memulai Slashdot Effect? :)

Sunday, May 16, 2004

Bekal Kerja Seorang Sarjana Baru di Bidang IT

Mestinya saya termasuk golongan orang yang sangat beruntung. Saya pernah mencoba dan memakai berbagai macam hardware: Casio FX-702P, MicroProfessor, Apple II, IBM PC/XT, IBM PC/AT, IBM RT/PC, IBM S/36, IBM AS/400, IBM 3031, PowerMac, Sun Sparc 5, Sun Sparc 20, Sun E10000, IBM PowerPC (lupa serinya, 1 workstation kecil, satu lagi mesin seukuran lemari), DEC AlphaStation 5000, DEC Alpha server (lupa serinya), server HP (sebesar lemari, tidak tahu serinya, run HP/UX), berbagai macam notebook.

Tentu saja berbagai OS juga: DOS, Windows {2.x, 3.x, 9x, NT, ME, XP, 2000}, SCO {Unix,UnixWare}, AIX, HP/UX, Solaris {2,7}, OS/2, OSF/1, VMS, Netware, ... Bukan hanya memakai OS, tapi juga mulai dari instalasi dan operasi.

Juga masalah jaringan: IPX, TCP/IP, NetBIOS, X.25, AX.25, ethernet, fiber-optic, wireless, ...

Banyak diantaranya saya kenal sebelum saya lulus kuliah. Padahal saya mulai mengenal PC pada tahun 1986. Jangan bertanya berapa lama saya kuliah :-(

Mungkin itu sebabnya ketika saya ikut mewawancarai sekian puluh pelamar lowongan IT, saya merasa kasihan, terkejut, heran, bersyukur, sedih, gundah, dan sekian banyak perasaan tercampur aduk. Para pelamar itu kebanyakan hanya mengenal Windows.

Barangkali ada yang menganggap saya kaya, sehingga bisa membeli berbagai komputer dan berbagai peralatan lain, lalu mencoba mengotak-atik. Tidak. Saya belum pernah membeli PC dengan uang milik sendiri. PC milik pribadi pertama saya adalah pemberian Tante yang sangat murah hati, sekitar tahun 1987. Itupun setelah sekian tahun ngiler melihat teman-teman kuliah punya PC. Hardware lain yang saya coba adalah milik kantor, milik pemberi pekerjaan, atau milik kenalan yang ingin dibantu mengelola mesinnya.

Ketika saya coba bandingkan diri saya beberapa tahun yang lalu (ketika baru selesai kuliah) dengan para pelamar kerja itu, saya menemukan beberapa kejanggalan. Kenapa mereka belum menyentuh, paling tidak, OS selain Windows? Kenapa (banyak diantara) mereka yang punya PC sendiri tidak mencoba menginstall OS selain Windows? Kenapa mereka yang punya kesempatan untuk menjaring lebih dari 1 komputer tidak mencoba mempelajari TCP/IP?

Apakah masalah minat? malas? sibuk? kurangnya kesempatan? kurangnya fasilitas? Atau bahkan mereka tidak tahu bahwa ketrampilan dan pengalaman diluar semata-mata kuliah akan dibutuhkan untuk bekerja?

Keanehan berikutnya menyangkut pemrograman. Di dunia nyata, membangun aplikasi menyangkut kerumitan yang sangat tinggi, sehingga pasti dibutuhkan kerja sama kelompok. Bahkan bila seseorang sanggup sendirian merancang dan membangun aplikasi untuk client-nya, pasti diperlukan komunikasi. Dua hal ini, kerja kelompok dan komunikasi, kelihatannya tidak disentuh oleh pendidikan tinggi kita. Pengalaman membangun aplikasi yang dimiliki oleh para pelamar itu juga sangat minim. Kebanyakan hanya membuat aplikasi untuk memenuhi tugas kuliah, tanpa mencoba mengasah kemampuan memrogram dengan menerapkannya pada berbagai masalah lain. Akibatnya, penguasaan bahasa, atau paling tidak algoritma, tidak memadai ketika mereka melamar kerja. Barangkali mereka tidak pernah mendengar kata-kata Pak Hartono Partoharsodjo (yang mengajari saya assembly dan C, dan kamarnya di jurusan pernah menjadi pondokan saya selama 1 tahun): "... untuk setiap 1 jam pertemuan di kelas, kalian perlu berlatih sendiri 10 jam ..."

Wednesday, May 12, 2004

Link menarik dari Slashdot hari ini

Advanced Graphics Algorithm
Sony Vaio Type-X, semacam TiVo, bisa merekam 7 acara televisi sekaligus selama 7 hari terus-menerus, media penyimpanan sebesar 1 TB.
Masalah Paten pada Open Source Software. Sedemikian mahalkah?

Monday, May 10, 2004

Robot dan Psikologi

Kombinasi yang menarik. Mari kita tengok:



Wednesday, May 05, 2004

Membaca itu mengasyikkan.

Sekali waktu, saya ikut kerja praktek Schlumberger (tahun 1989? halo Asnul Bahar & Sarwa Bakti, anda dimana sekarang?). Di guest house tempat saya tinggal selama sebulan, bertebaran pocket book berbahasa Inggris. Salah satu berjudul Shall We Tell The President? karya Jeffrey Archer.

Ternyata enak dibaca. Sama enaknya dengan ketika saya membaca seri Bu Kek Siansu karya Ko Ping Hoo, majalah Hai (seri Trigan, Storm), seri Mahabarata dan Ramayana di majalah Kawanku (?). Walaupun sebagian kosa kata di buku berbahasa Inggris yang saya baca tidak saya kenal, saya malah merasa terganggu kalau harus melihat artinya di kamus. Main tebak saja.

Lalu perburuan pocket book berbahasa Inggris pun dimulailah. Jeffrey Archer, Tom Clancy, Robert Ludlum, James Clavell, Frederick Forsyth, Erich Segal...

Namun saat ini kebiasaan membaca saya bisa terbagi menjadi dua: online dan buku di kereta api. Agak sulit memaksa diri membaca buku ketika di depan mata ada komputer sedang tersambung ke internet. Tabiat yang buruk!

Dan kini adalah saatnya untuk belajar menulis! Suatu hal yang jauh lebih sulit daripada membaca.

Monday, May 03, 2004

Google: Faster than Fastest Super Computer?

Disini dibahas perkiraan kasar tentang berapa mesin yang menjadi tulang punggung Google, yaitu 31.654 sampai 79.112 mesin. Dengan asumsi bahwa tiap CPU hanya 1 GFlops, dan tiap mesin punya 2 CPU, maka diperoleh angka 126 sampai 316 TFlops untuk seluruh mesin Google.

Bandingkan dengan 5 komputer tercepat di dunia yang hanya punya nilai 8.6 TFlops sampai 35.86 TFlops.

Garfinkel menulis tentang Google vs Akamai yang berisi berbagai angka menarik tentang Google. Dari situ jelas mengapa Google tidak mempublikasikan angka-angka yang tepat: agar kita bisa bermain tebak-tebakan! :)