Tuesday, November 23, 2004

Seri Mudik #4: Madiun

Madiun adalah kota masa kecilku. Kota yang dikelilingi oleh banyak pabrik gula: Kanigoro, Rejo Agung, Sudono, Pagotan, dan Purwodadi. Kota yang panas, sehingga ketika saya merasakan sejuknya Bandung saat mulai kuliah, perlu perjuangan tersendiri untuk betah di ruang tanpa pendingin.

Saya tinggal di rumah kuno, dengan langit-langit setinggi sekitar 4 meter, dan tembok setebal 30 cm.







Rumah nenek berhalaman luas dan penuh dengan pepohonan: mangga, pisang, srikaya, sirsak, jambu, jeruk, sawo, ... Di satu sisi, banyaknya pepohonan memberi tempat untuk berlatih memanjat dan tidak takut ketinggian. Tetapi, saya menjadi sangat pemilih ketika mesti membeli berbagai buah, alih-alih memakan hasil kebun sendiri yang sangat enak. Pada masa puncaknya, pohon jambu air kami berbuah begitu banyak, sehingga ketika akan dipetik memakai galah, jauh lebih banyak buah yang jatuh daripada yang tertangkap oleh keranjang kecil di ujung galah. Maka panen saat itu dilakukan dengan cara membentang kain batik di bawah, yang dibentangkan seperti jaring besar, dan saya memanjat dan cukup menggoyangkan dahan agar jambu berjatuhan. Hasil panen saat itu mencapai empat ember besar (diameter 1 meter).

Tapi pohon jambu air tersebut terpaksa harus ditebang setelah beberapa tahun berikutnya selalu terserang ulat. Pohon yang masih bertahan dari tahun ke tahun dengan buahnya yang sangat sedap adalah mangga. Kami memiliki paling tidak 3 macam mangga: Santog Magetan, Gadung, dan satu lagi yang saya tidak hafal namanya. Santog Magetan ini buahnya tidak pernah berrasa masam, bahkan sejak pencit (muda). Kulitnya tebal. Mangga favorit kami adalah mangga Gadung, yang sangat masam ketika muda (sangat cocok dirujak), dan sangat manis ketika matang.


buah mangga gadung


Kulitnya berwarna hijau terang ketika muda, dan berubah menjadi hijau gelap ketika matang. Cara makan paling nikmat adalah pada sore hari, di atas pohon, tanpa pisau, langsung dipetik, kulit dikupas dengan gigi, dan dinikmati dalam keadaan hangat terpanggang matahari. Mereka yang tidak bisa memanjat dan tidak mampu meraih mangga dengan galah harus menunggu dengan sabar sampai para kera kenyang :D


pohon mangga


Sayang mungkin Idul Fitri tahun ini adalah kesempatan terakhir kami menikmati rumah tersebut.

... house for sale
it was yours, and it was mine
and tomorrow, some strangers
will be climbing up the stairs
to the bedroom filled with memories ...


... bersambung

3 comments:

Suka Barang Lama said...

Rumah di madiun nya for sale pak..??

Suka Barang Lama said...

rumah di madiun nya for sale pak???

Andika Triwidada said...

sudah lama laku