Wednesday, May 18, 2005

Bumi dan Langit

Semalam saya mendengar cerita (berita?) menarik: beberapa negara di Asia (antara lain Indonesia, Cina, dan Vietnam) mendapat sumbangan dari Eropa untuk menambah kapasitas sambungan data internasional (baca: Internet). Di Indonesia, ITB yang menerima 'durian runtuh' tersebut. Dengan sumbangan itu, ITB akan memiliki link sebesar 45Mbps ke Eropa. (Hi Boy, balik aja ke Bandung, sebentar lagi akses ke Jerman cepet lho!).

Tapi yang sangat mengejutkan adalah, bahwa Cina yang juga menerima bantuan dengan jumlah yang sama, bisa menikmati link sebesar 1Gbps. Sekitar 20x lebih cepat daripada yang bisa dimanfaatkan oleh ITB. Ada apa gerangan dengan ekonomi-biaya-tinggi, atau lebih tepatnya, bandwidth-biaya-tinggi di Indonesia? Bagaimana mungkin kita bisa menyerap informasi yang begitu melimpah di Internet dengan cukup cepat? Seberapa banyak kita bisa menyajikan dan menjual informasi dalam kondisi demikian?

6 comments:

Anonymous said...

Memang menyedihkan kondisi internet di Indonesia. Mahal, lambat, dan hanya bisa dinikmati di kota besar (Jakarta + Surabaya) !!!!

Anonymous said...

Hongkong merupakan salah satu anchor point undersea cable yang melalui Pacific.

Naturally, adalah murah mencari bandwidth untuk high-speed Internet dari mainland China.

Anonymous said...

Saya lupa link 45 Mbps itu dapet dari siapa. ITU ? tapi link tersebut juga untuk didistribusikan kok. Bukan untuk dimakan sendiri. Kecuali 45 Mbps yang kita maksud berbeda.

Andika Triwidada said...

Dedhi: link-nya spesifik ke Eropa, bukan ke US, apakah tetap lebih murah mengambil dari Hongkong? Atau barangkali link ke Eropa *via* US lebih murah daripada link langsung dari Cina ke arah barat?
Hedwig: thanks for clarifying. Tapi tetap saja, perbedaan harga yang sedemikian besar itulah masalah yang harus kita atasi.

Anonymous said...

walau dikasih 1 Gbps, tapi cina kan terkenal dengan censorship-nya.

Anonymous said...

Mengatasi mahalnya b/w ? Saya tidak tahu apakah biaya sewa satelit emang mahal ato kah ada faktor yang mempermahal. Konon indonesia punya satelit palapa, tapi ah.. sudahlah.. ini hanya ada di pelajaran SMP dan SMA. tidak ada di dunia nyata. Jaringan fiber XL yang sudah jawa-bali dan bentar lagi sumatera sebenarnya bisa diberdayakan. Tapi .. lagi-lagi kita berhadapan dengan pemerintah yang kayak gini. Tapi tidak ada gunanya mencari siapa yang salah. Sebaiknya b/w yang ada dioptimumkan saja.. (untuk ngejunk) =))

oh, yach.. B/W 45 mbps tersebut rencananya akan digunakan untuk menghubungkan beberapa universitas di Indonesia dengan ITB sebagai pusatnya.